Ustadz konsultan keluarga itu
menyimak dengan penuh perhatian. Ia memperhatikan mimik pria di depannya
dan mendengarkan kata per kata ucapannya.
“Saya sudah capek Ustadz… saya itu
sebenarnya ingin dia di rumah, menemani anak-anak, mendidik mereka. Yang
terjadi malah dia lebih jarang di rumah daripada saya yang sibuk kerja.
Pernah saya pulang larut malam, anak tidur sendiri, dia nggak ada. Saya
cari-cari, ternyata dia di diskotik” kata pria itu dengan wajah lusuh
dan mata berkaca-kaca.
“La haula walaa quwwata illaa billah… Memangnya dulu Bapak mendapatkan istri dari mana?”
Pria itu menerawang. Tatapannya seperti
berusaha membuka masa lalu. Ada gurat-gurat penyesalan di wajahnya.
“Saya dulu pertama kali bertemu dengannya di diskotik, Ustadz. Orientasi
saya waktu itu, kecantikan nomor satu. Seperti ustadz tahu, sekarang
saya berusaha bertaubat”
“Pak… dari mana kita mengambil istri,
kita harus siap dengan resikonya. Jika kita mendapatkan istri dari
masjid, insya Allah ketika ada masalah dia larinya ke masjid. Bermunajat
kepada Allah. Jika kita mendapatkan istri dari majelis taklim, insya
Allah ketika ada masalah dia mengedepankan ilmu daripada hawa nafsu.
Sebaliknya, ketika kita mengambil istri dari dunia gemerlap alias dugem,
besar kemungkinannya ia akan lari ke sana ketika ada masalah atau
kebosanan dalam rumah tangga”
“Jadi, apa yang bisa saya lakukan, Ustadz?”
“Berdoalah. Hati itu yang mampu
menguasainya hanya Allah. Mintalah pada Allah agar ia kembali ke jalan
yang benar. Nasehati pula dia dengan baik, ajak bertaubat”
“Saya sudah menasehatinya dengan berbagai cara, Ustadz. Tapi sepertinya sulit. Bagaimana ya Ustadz?”
“Engkau dulu juga pernah ke diskotik
kan?” pertanyaan ini disambut dengan anggukan kecil oleh pria itu,
“Bagaimana engkau dapat bertaubat, cobalah pakai cara itu untuk istrimu.
Dan yakinlah, Allah yang menguasai hati, Allah pula yang sanggup
mengubah istrimu. Jangan putus asa.”
“Baik Ustadz…”
Saudaraku, meskipun dialog di atas
adalah masalah orang yang sudah menikah, sesungguhnya ada pelajaran
berharga bagi para pemuda muslim yang hendak menikah. Jika ingin tanaman
yang baik, pilihlah bibit yang baik. Jika ingin istri yang baik,
perhatikan bagaimana engkau memilihnya; siapa dia, bagaimana akhlaknya.
Seperti pesan Rasulullah: “Wanita itu
dinikahi karena empat hal; hartanya, nasabnya, kecantikannya dan
agamanya. Maka pilihlah wanita karena agamanya, niscaya kalian
beruntung.”
Mendapatkan istri yang shalihah, artinya
kita menyiapkan ibu yang baik bagi anak-anak kita. Mendapatkan istri
yang shalihah, artinya kita terhindar dari masalah-masalah yang
seharusnya tidak perlu terjadi dalam rumah tangga. Mendapatkan istri
yang shalihah, artinya kita sedang melangkah di dunia yang penuh
sakinah.
Selanjutnya, kita bisa lebih mudah
beribadah tanpa terganggu berpikir kesetiaan istri. Kita bisa lebih
konsen bekerja tanpa terganggu pikiran sedang di mana istri kita. Kita
bisa lebih aktif berdakwah sebab keluarga kita tanpa disibukkan
mencari-cari istri yang pergi, bahkan keluarga kita mampu menjadi contoh
bagi umat yang kita dakwahi. [Muchlisin BK/bersamadakwah]
sumber : http://bersamadakwah.net
Post a Comment